Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Alasan Investasi Saham Ketika Pensiun dan Penjelasannya

Kenaikan harga suatu barang atau inflasi merupakan sesuatu yang sudah tidak Bisa dihindarkan lagi oleh semua orang. Apalagi ketika orang tersebut sudah memasuki masa tua atau masa pensiunnya. Masa dimana seseorang sudah tidak lagi produktif untuk mencari uang atau mencari nafkah bagi anggota keluarganya. Untuk mengatasi hal tersebut salah satu solusi yang bisa dilakukan oleh seseorang yang sudah memasuki usia pensiun adalah dengan menabung atau berinvestasi menggunakan uang pensiunan yang sudah dimilikinya.


Sebelum mempelajari materi tentang Alasan Investasi Saham Ketika Pensiun dan Penjelasannya, terlebih dahulu pelajari materi tentang: Cara Menambang Bitcoin dan Penjelasannya, Tahap Transaksi Send dan Receive Bitcoin, dan Pertimbangan Sebelum Membeli Bitcoin dan Penjelasannya.

Namun yang jadi pertanyaan adalah harus investasi ke mana? Salah satu solusi yang bisa diberikan untuk berinvestasi adalah investasi saham.

Sebelum masuk ke investasi saham, ada beberapa informasi lain yang juga harus dipahami terlebih dahulu:

Berdasarkan hasil survei yang pernah dilakukan oleh beberapa lembaga, hampir Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menempatkan uangnya dalam bentuk tabungan atau deposito yang ada di perbankan. Kenapa demikian? Karena hampir Sebagian besar masyarakat Indonesia lebih mengenal atau memahami sistem tabungan atau deposito yang ada diperbankan, ketimbang sistem keuangan atau investasi lainnya sebagai alat instrumen yang paling aman baginya untuk menyimpan dan menginvestasikan uangnya.

Namun demikian, zaman sekarang sistem tersebut sudah tidak bisa lagi digunakan sebagai alat investasi, melainkan hanya sebagai tempat penyimpanan uang saja. Kenapa? karena nilai inflasi yang ada saat ini sudah melampaui nilai pertumbuhan kredit dari kedua alat instrumen investasi yang ada di perbankan tersebut.

Dengan tingkat suku bunga yang ada di perbankan dan deposito yang cenderung bernilai tetap dari tahun ke tahun, sedangkan tingkat kebutuhan hidup manusia yang semakin hari selalu semakin bertambah nilainya, maka hanya mengandalkan uang tabungan dan deposito yang diinvestasikan saja tidaklah cukup, karena secara perlahan-lahan dana yang diinvestasikan tersebut juga akan terus berkurang karena kalah melawan laju nilai inflasi.

Bunga dari tabungan atau deposito saja tidaklah cukup untuk menutupi kenaikan biaya hidup, apalagi menghadapi kenaikan biaya pengeluaran lain seperti biaya sekolah yang makin besar tiap tahun. Secara riil, uang yang berada di tabungan secara perlahan akan mulai tergerus nilainya.

Tidak hanya itu, berdasarkan perhitungan dari lembaga keuangan terkemuka di Indonesia, dari tahu ke tahun menunjukkan hasil yang bernilai negatif dari pertumbuhan angka kredit tabungan dan juga angka deposito di Indonesia, setelah nilai tersebut dikurangi dengan nilai inflasi, nilai pajak, dan lain sebagainya.

Baca Juga:

Lantas, adakah pilihan lain yang dapat dilakukan oleh seorang pensiunan yang ada di Indonesia untuk menyimpan uang tabungannya agar tidak tergerus oleh inflasi?

Dalam beberapa tahun terakhir masyarakat Indonesia sudah mulai mengenal instrumen investasi bernama reksadana. Reksadana sendiri adalah instrumen investasi yang dikumpulkan dari dana bersama oleh beberapa nasabah yang kemudian disetorkan ke manajer investasi untuk diinvestasikan ke instrumen investasi lain yang dapat menaikkan nilai investasi dari total dana bersama yang dikumpulkan tersebut. Masyarakat juga menganggap bahwa dengan menyimpan dananya di Reksadana tersebut maka hal tersebut dapat digunakan untuk membendung laju inflasi yang terjadi dari waktu ke waktu. Dan yang paling penting, yang masyarakat pahami tentang Reksadana adalah tingkat suku bunga yang diberikan jumlahnya jauh lebih besar daripada biaya pengeluaran sehari-hari yang biasa dikeluarkan, seperti biaya kebutuhan belanja, biaya kebutuhan pendidikan, dan biaya lainnya.

Namun, sekadar aman saja tidak cukup, terkadang ada saja beberapa pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya dadakan yang tidak diduga malah menjadi beban tambahan seorang pensiunan.

Oleh karena itu, dibutuhkan sumber dana atau sumber investasi lain yang nilainya jauh lebih besar untuk jangka panjang, guna mengantisipasi hal tersebut.

Salah satu solusinya adalah saham.

Saham merupakan instrumen investasi selain reksadana yang ternyata dapat digunakan untuk memberikan imbal hasil yang jauh lebih besar daripada imbal hasil yang didapatkan dari reksadana, yang juga dapat digunakan sebagai bentuk investasi jangka panjang bagi para pensiunan.

Kenapa pensiunan harus berinvestasi saham?

Berikut adalah lima alasan utama yang bisa menjadi pertimbangan bagi seorang kenapa harus berinvestasi saham ketika sudah memasuki usia pensiun, yakni sebagai berikut:

Nilai Return atau Keuntungan yang Diberikan Saham adalah yang Tertinggi Diantara Semua Instrumen Investasi Lainnya

Berdasarkan data historis maupun data-data sejarah orang-orang yang pernah berinvestasi dalam instrumen investasi saham, menyatakan bahwa imbal hasil yang didapatkan adalah selalu yang paling tinggi ketimbang investasi pada bidang instrumen investasi lainnya.

Berdasarkan data 10 tahun terakhir yang dimulai dari tahun 2005 hingga tahun 2015, juga menyatakan bahwa beberapa instrumen investasi mulai dari tabungan, deposito, emas, IHSG, dan beberapa contoh instrumen saham unggulan lainnya memperlihatkan bahwa nilai saham-saham tersebut jauh lebih unggul di atas pertumbuhan instrumen investasi lainnya seperti emas dan IHSG. Tidak hanya itu, jika dibandingkan dengan nilai pertumbuhan obligasi yang paling tinggi sekalipun dalam waktu 10 tahun terakhir tersebut, nilai pertumbuhan obligasi hanya mencapai 8% pertahun. Jika dibandingkan dengan nilai pertumbuhan kredit perbankan hanya sebesar 3% dan deposito nilainya hanya berada ada pada kisaran angka 7% saja.

Agar lebih mudah memvisualisasikan hasil pertumbuhan nilai tersebut, ambil contoh jika seseorang memiliki uang atau dana sebesar 5 juta rupiah pada tahun 2005, maka pada tahun 2015 maka nilai dana yang diinvestasikan oleh orang tersebut akan menjadi meningkat jumlahnya, namun hasil perolehan nya bergantung pada instrumen investasi yang digunakannya, sebagai berikut:
  • satu, jika orang tersebut menanamkan uang investasinya dalam bentuk deposito, maka nilai uangnya saat ini pada tahun 2015 adalah sebesar 8 juta rupiah.
  • dua, jika orang tersebut menginvestasikan dananya dalam bentuk instrumen investasi emas pada tahun 2005, maka saat ini ini pada tahun 2015 nilai uang yang dimilikinya menjadi 14 juta rupiah.
  • tiga, namun jika orang tersebut menginvestasikan dananya saat ini di tahun 2005 pada beberapa instrumen investasi saham unggulan seperti Unilever, BCA, dan Astra, maka nilai investasinya saat ini di tahun 2015 adalah sebesar 55 juta rupiah, 45 juta rupiah, dan 30 juta rupiah.

Dari hasil perolehan simulasi angka tersebut dapat diketahui bahwa dari beberapa jenis instrumen investasi yang dilakukan oleh orang tersebut yang menggunakan dana awal sebesar 5 juta rupiah, maka hasil yang paling maksimal yang bisa didapatkan adalah Jika orang tersebut menginvestasikan dananya pada instrumen investasi saham.

Tidak hanya itu, jika hasil perolehan keuntungan dari investasi saham tersebut kemudian dibandingkan dengan kenaikan harga atau inflasi pada beberapa sektor pengeluaran seperti biaya hidup dan biaya pendidikan yang hanya sebesar 10-15% setahun ataupun juga biaya hidup sebesar 7% setahun, maka dengan berinvestasi saham seseorang dapat menerima imbal hasil di atas 20% setahun, atau dengan kata lain jauh lebih besar di atas angka inflasi yang sedang terjadi saat ini.

Modal Kecil Bisa Untung Besar

Berapakah modal yang dibutuhkan untuk berinvestasi saham? 1 juta rupiah, 2 juta rupiah, 50 juta rupiah, atau 100 juta rupiah.

Jawabannya hanya dengan modal 100K rupiah saja seseorang sudah bisa berinvestasi saham.

Sesuai dengan ketentuan pemerintah yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia atau IDX, nilai minimal pembelian saham saat ini adalah sebanyak 100 lembar saham saja, dimana nilai sebelumnya adalah sebssar minimal 500 lembar saham. Asumsikan Jika nilai harga saham per lembar nya adalah 500 rupiah, maka total dana investasi yang dibutuhkan untuk 100 lembar saham adalah sebesar 50K rupiah.

Sangat murah bukan.

Bahkan nilai pembelian tersebut jauh lebih murah ketimbang membeli deposito atau obligasi pemerintah. Jadi, jika seseorang masih ragu untuk membeli saham karena halangan biaya, maka hal tersebut sudah tidak bisa menjadi alasan lagi bagi para calon investor atau bagi para pensiunan.

Tidak hanya itu, proses pembukaan rekening saham pun saat ini sudah sangat sangat mudah sekali. Hanya bermodalkan ponsel pintar, rekening buku tabungan, dan nomor NPWP, maka semua proses transaksi untuk membuka rekening saham sudah dapat dilakukan. Proses pembuatan rekening saham pun tidak dikenai biaya setoran minimal apapun, atau tidak ada minimal deposit sama sekali pada proses awalnya.

Itu pun bisa dilakukan sambil rebahan!

Kemajuan teknologi saat ini memang berdampak positif pada peningkatan kinerja dan pelayanan sekuritas saham. Hal itu pula juga dirasakan oleh penulis sendiri, ketika penulis pertama kali mencoba untuk berinvestasi saham di salah satu perusahaan sekuritas yang terdaftar di IDX. Dimana ketika penulis pertama kali memilih salah satu broker atau sekuritas perusahaan tempat penulis menginvestasikan dana, semua proses tersebut dapat penulis lakukan secara online hanya dalam waktu hitungan menit saja, bahkan saat itu penulis belum menginvestasikan dana sama sekali ke dalam tabungan rekening penulis. Deposit dana tersebut baru penulis lakukan ketika penulis telah berhasil membuat rekening investasi saham di salah satu perusahaan sekuritas yang telah penulis pilih tersebut.

Proses Transaksi Saham Secara Online, Dapat Dilakukan Dimanapun, Kapanpun, dan Sambil Rebahan

Proses transaksi atau jual beli surat berharga saham memang wajib dilakukan melalui bursa saham, atau yang dikenal dengan Bursa Efek Indonesia atau IDX. Namun demikian, proses tersebut tidak harus dilakukan secara langsung melalui gedung Bursa Efek Indonesia tersebut, melainkan proses transaksinya dilakukan melalui perusahaan perantara atau perusahaan sekuritas. Tidak cukup di situ saja, proses transaksi yang dilakukan oleh perusahaan sekuritas terhadap dana investasi yang telah disetorkan oleh para investor tersebut saat ini prosesnya sudah dapat dilakukan secara online.

Dengan kata lain investor saham tidak perlu datang langsung ke gedung Bursa Efek Indonesia untuk melakukan transaksi saham, proses tersebut cukup dilakukan langsung dari rumah saja menggunakan sistem online yang dimiliki oleh perusahaan sekuritas.

Ribet?

Kalau proses transaksi dilakukan pada zaman dulu mungkin iya, karena seseorang harus menunggu di kantor sekuritas untuk mendapatkan hasil atau informasi yang diinginkan dari uang investor yang telah disetorkan. Namun berbeda dengan sekarang, karena hampir sebagian besar perusahaan sekuritas saat ini sudah menyediakan fasilitas pelayanan online yang memungkinkan para investor untuk bisa melakukan kegiatan pendaftaran dan transaksi saham hanya dengan menggunakan laptop, komputer, maupun handphone pribadi langsung dari rumah atau kantor.

Seseorang yang Telah Membeli Saham Berhak Atas Dividen dan Hak Voting

Ketika seorang investor Telah membeli saham suatu perusahaan baik jumlahnya minoritas ataupun mayoritas dari jumlah keseluruhan saham yang ada pada perusahaan tersebut, maka secara tidak langsung orang tersebut sudah memiliki hak untuk menerima bagi hasil atau dividen yang dihasilkan oleh perusahaan. Tidak hanya itu, seseorang yang sudah menginvestasikan dananya ke suatu perusahaan untuk membeli lembar saham sejumlah tertentu, maka orang tersebut secara tidak langsung juga telah memiliki hak untuk voting pada saat pemilihan dewan direksi.

Hanya saja ada sedikit hal yang harus dipahami Ketika seseorang sudah membeli saham, bahwa orang yang telah membeli saham tersebut sebenarnya tidak memiliki hak aset apapun atas perusahaan. Jadi ketika seorang investor tiba-tiba terlilit sebuah hutang, maka investor tersebut tidak bisa serta-merta langsung menjual aset perusahaan yang sahamnya sudah ia miliki. Bahkan seorang sekelas Bill Gates pun tidak bisa langsung menjual aset-aset perusahaan Microsoft ketika semua kekayaannya merosot meskipun Bill Gates memiliki surat saham atau surat berharga dari perusahaan Microsoft tersebut.

Ini merupakan sesuatu yang harus dipahami dan harus ditekankan pemahamannya kepada para pemegang saham, karena hampir semua literatur yang pernah penulis baca yang berkaitan dengan pengertian saham sering memberikan makna yang salah dari maksud pembelian sebuah lembar saham. Bahkan ada pula yang menyatakan bahwa ketika seseorang telah membeli sebuah saham berarti orang tersebut sudah memiliki perusahaan yang sahamnya ia beli, ini adalah sebuah penafsiran yang sangat salah dan jauh melenceng dari pemaknaan kepemilikan saham.

Namun demikian, tetap saja keuntungan utama bagi seorang pemilik saham adalah hak bagi hasil yang didapatkan berdasarkan hasil keuntungan per tahun yang dihasilkan sebuah perusahaan. Dan hal ini sudah pasti sangat bermanfaat sekali bagi para pensiunan yang sudah tidak produktif atau bahkan sama sekali tidak bekerja di rumah.

Mudah Dicairkan

Apakah proses pencairan dana atau dividen saham sangat mudah? Bagaimana dengan proses penjualan surat saham yang dimiliki oleh seseorang itu sendiri? Apakah prosesnya juga mudah atau sulit untuk dilakukan?

Seorang investor yang menggunakan jasa atau sistem online dari sebuah perusahaan sekuritas dapat menggunakan fasilitas tersebut untuk mencairkan dana investasinya dengan cara melakukan proses sell saham melalui aplikasi yang digunakan. Setelah proses transaksi terjadi, maka dalam rentang waktu 3 hari terhitung sejak tanggal atau waktu transaksi, T + 3, Saat itu pula dana hasil penjualan yang telah ditransaksikan akan masuk langsung ke rekening dana investor atau RDI.

Setelah dana yang ditransaksikan oleh investor tersebut masuk ke dalam RDI ada dua pilihan yang dapat dilakukan oleh seorang investor: pertama, investor dapat menggunakan dana tersebut untuk membeli surat saham dari perusahaan lainnya. Kedua, investor dapat langsung mencairkan dana tersebut dan mengirimkan dana tersebut ke rekening bank yang dimiliki oleh investor.

Hal ini sama seperti yang biasa dilakukan oleh seorang pensiunan ketika mentransfer uang atau dana pensiun ke dalam rekening pribadinya.

Syarat-syarat Investasi Saham

Ketika seseorang mulai atau ingin melakukan sebuah investasi dalam bentuk saham, biasanya muncul beberapa pertanyaan berikuti: Apakah berinvestasi saham itu aman? Apakah berinvestasi saham itu resikonya tinggi?

Dalam dunia investasi saham ada istilah "high risk - high return", yang artinya semakin tinggi resikonya maka semakin besar pula pendapatan yang bisa diraih.

Hanya saja meskipun berinvestasi saham memiliki resiko gagal yang tinggi, resiko-resiko tersebut tetap dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang investasi saham.

Berikut adalah beberapa langkah-langkah dasar yang dapat dilakukan oleh seorang calon investor atau investor pemula untuk mulai berinvestasi di dunia saham, terutama bagi para pensiunan yang ingin mengamankan dana pensiun nya dalam bentuk investasi saham:

Long Term Investment

Pada tahun 2008, terjadi sebuah peristiwa dimana hampir sebagian besar harga saham yang ada di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan. Pada situasi tersebut, jika seseorang sedang mengalami kepanikan, maka sudah pasti eksekusi akhir yang akan dilakukan terhadap nilai investasi saham yang dimilikinya saat itu adalah menjualnya dengan nilai berapapun. Otomatis jika hal tersebut dilakukan oleh seseorang yang sedang berinvestasi saham maka hal yang akan diterimanya adalah nilai kerugian yang sangat fatal. Kenapa? Karena pada waktu itu harga saham Mmeengalami penurunan hingga 50 PCT hanya dalam waktu satu periode.

Namun ternyata, menjelang akhir tahun 2008 hingga tahun selanjutnya, harga saham yang awalnya mengalami kerontokan tersebut perlahan mulai kembali lagi berada dalam kondisi yang baik. Apakah pada saat itu semua orang menjual saham yang dimiliki? Jawabannya adalah tidak. Beberapa orang meskipun sedang mengalami kerugian yang sangat parah tetap bertahan sampai akhir hingga setelah masa krisis yang dialami pada waktu tersebut kemudian mulai normal kembali, dimana investasi saham yang semuanya mengalami kerugian besar dapat terbayarkan dengan kesabaran yang dilakukan tersebut. Hingga akhirnya, saat ini orang-orang yang tetap bertahan dari tahun 2008 tersebut sudah mulai menikmati keuntungan dengan tingkat harga yang berlipat-lipat dari nilai investasi yang dikeluarkan sebelumnya.

Dari peristiwa yang dialami pada tahun 2008 tersebut, dapat dipelajari bahwa seseorang yang ingin berinvestasi saham harus memiliki kesabaran dan keyakinan jika ingin mendapatkan hasil yang terbaik, karena meskipun suatu nilai saham harganya sedang turun bisa jadi hal tersebut bukan karena kesalahan dari perusahaan itu sendiri atau pada proses bisnis yang dilakukannya.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi penurunan nilai saham dan biasanya salah satu faktor yang sangat berpengaruh signifikan terhadap penurunan nilai saham adalah faktor eksternal dari perusahaan tempat berinvestasi itu sendiri, seperti kondisi politik dan ekonomi.

Selama nilai fundamental suatu perusahaan tetap berada pada nilai positif, atau bergerak selalu ke arah yang positif, maka sebenarnya tidak harus ada alasan kuat bagi seorang investor untuk melepas kepemilikan saham yang ia miliki pada perusahaan tempat ia berinvestasi, meskipun nilai sahamnya pada saat itu sedang mengalami penurunan yang signifikan.

Kenapa demikian?

Karena apabila suatu perusahaan mengalami penurunan nilai saham karena faktor eksternal atau faktor yang berada di luar dari proses bisnis yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri, maka sebenarnya yang menderita kerugian tersebut tidak hanya dialami oleh perusahaan itu sendiri melainkan hampir semua perusahaan yang berada pada wilayah yang terkena faktor eksternal tersebut, bahkan global. Contoh, kasus yang terjadi pada tahun 2019 akhir hingga tahun 2022 saat ini dimana hampir seluruh dunia mengalami wabah Covid 19, yang mengakibatkan hampir sebagian besar manusia atau pekerja harus melakukan isolasi mandiri. Dimana hal tersebut sudah pasti akan berdampak pada proses kerja perusahaan-perusahaan yang melibatkan banyak sekali sumber daya manusia pada proses bisnisnya. Namun demikian saat kondisi bencana wabah tersebut sudah kembali pulih, maka proses bisnis yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat berjalan normal seperti semula.

Dimana selama masa Covid tersebut sebenarnya perusahaan-perusahaan yang melakukan isolasi mandiri atau mengistirahatkan karyawannya di rumah sebenarnya tidak mengalami gangguan pada proses bisnisnya jika pada kondisi normal, yang berarti nilai fundamental perusahaan sebenarnya tidak mengalami perubahan yang sangat signifikan.

Jadi, jika seseorang ingin menginvestasikan dananya dalam bentuk saham maka pastikan atau niatkan di dalam diri orang tersebut untuk menginvestasikan dananya dalam waktu yang lama atau untuk jangka panjang.


Memahami Proses Analisis Saham


Saham seperti apa yang bagus untuk dibeli?

Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan umum yang hampir sebagian besar pasti dilontarkan oleh seorang pemula yang baru memulai karirnya dalam hal investasi saham. Meskipun pertanyaan yang diajukan terkesan mudah, namun demikian jawaban yang dapat diberikan adalah sesuatu yang sifatnya masih dalam bentuk estimasi. Kenapa demikian? Karena ada banyak sekali faktor yang harus diperhatikan untuk memutuskan apakah sebuah saham tersebut layak untuk dibeli atau tidak dari suatu perusahaan.

Dalam dunia investasi saham ada istilah "sell on the rumour buy the fact".

Jangan membeli saham hanya karena faktor rumor semata karena dampaknya adalah kerugian yang tidak sedikit. Membeli saham karena faktor keuntungan yang besar memang sesuatu yang menggiurkan, hanya saja selalu pastikan ada resiko apa yang dapat terjadi jika saham yang dibeli tersebut disimpan dalam waktu tertentu, atau untuk waktu yang lama.

Hampir Sebagian besar orang yang gagal dalam berinvestasi saham dikarenakan informasi yang didapat dari orang lain yang sifatnya masih sebatas 'kabar burung' saja, dan tidak benar-benar ada upaya untuk mengklarifikasi kebenaran faktanya.

"They are not doing their homework".

Saya sudah belajar teknik analisis saham baik itu analisis fundamental atau analisis teknikal, tapi saya masih belum memahami sama sekali kedua proses dari teknik analisis tersebut, apakah sebaiknya saya masih tetap membeli saham?

Jika demikian maka jangan berinvestasi saham, berinvestasilah pada instrumen investasi lain yang dikuasai calon investor tersebut. Jika masih ingin berinvestasi saham, maka serahkanlah dana investasi tersebut kepada orang yang ahli di bidangnya, seperti manajer investasi.

Seseorang yang tidak bisa berinvestasi saham tetap bisa membeli sebuah saham namun dana kelolaannya dapat diserahkan kepada seorang manajer investasi melalui reksadana.

Keuntungannya apa? Keuntungannya adalah dana kelolaan yang telah diserahkan kepada manajer investasi tersebut akan dikelola dan ditempatkan pada portofolio (saham) yang kemudian dana atau keuntungannya akan diserahkan melalui bank kustodian reksadana.

Artinya pemilik dana tinggal terima untungnya saja dari manajer investasi.

Apakah jika saya berinvestasi di reksadana saham tetap ada kemungkinan rugi?

Menempatkan dana investasi di reksadana saham tetap memiliki kemungkinan rugi, hanya saja karena dana tersebut dikelola oleh seorang profesional di bidangnya, maka keputusan yang diambil dalam proses investasi tidak akan segegabah orang yang tidak mengetahui apa-apa tentang proses investasi saham.

Diversifikasi Investasi


"jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang yang sama".

Ungkapan tersebut juga berlaku dalam dunia investasi.

Dalam dunia investasi tidak ada yang pernah bisa mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan, untuk itu seorang investor yang bijak tidak boleh menaruh semua uang investasinya hanya dalam satu portofolio investasi saja.

Disebar ke investasi lain juga.

Dengan tidak menempatkan dana investasi dalam satu sumber portofolio yang sama, diharapkan jika terjadi kemerosotan pada salah satu nilai investasi, maka sumber investasi yang lain tetap bisa meng-cover kekurangan tersebut.

Contoh, dulu ada sebuah ponsel yang bernama Nokia yang sudah terkenal kualitas produknya dan bahkan hampir sebagian besar masyarakat Indonesia selalu menggunakan produk tersebut. Dalam proses bisnisnya tidak pernah ada kesalahan, bahkan dari sisi laporan keuangannya sekalipun, namun siapa sangka produk yang selalu dianggap menjadi unggulan dalam ranah teknologi komunikasi tersebut kemudian tiba-tiba mengalami kehancuran hanya karena munculnya suatu teknologi baru yang dikeluarkan oleh Google bernama smartphone Android.

Tidak peduli seberapa bagusnya portofolio saham yang dimiliki oleh seseorang, namun tetap saja masa depan tidak ada yang bisa memprediksi, oleh karena itu selalu berjaga-jaga dan selalu mempersiapkan cadangan sumber investasi lainnya jika sumber investasi utama tiba-tiba mengalami kemerosotan.

Proses membagi atau memecah sumber investasi atau portofolio yang dimiliki oleh seorang investor itulah yang disebut dengan proses diversifikasi investasi.

"Hidup memang tidak pernah pasti, tapi resiko bisa diantisipasi".

Masa tua atau masa pensiun merupakan sesuatu yang sangat diinginkan oleh beberapa orang, merupakan masa dimana seseorang sudah beristirahat dari berbagai macam kelelahan dan kepenatan yang ada di dalam dunia kerja, masa dimana seseorang sudah mulai bermain dengan cucu-cucunya.

Jangan sampai di sisa-sisa masa bahagia tersebut seseorang masih harus dipusingkan dengan permasalahan finansial yang dihadapinya. Oleh karena itu sebelum masa pensiun tiba segeralah mempersiapkan diri dengan investasi yang sudah direncanakan sedini mungkin.

10 komentar untuk "Alasan Investasi Saham Ketika Pensiun dan Penjelasannya"

  1. Kenapa investasi itu harus dilakukan sambil rebahan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya tidak harus sambil rebahan, sambil jongkok, sambil tiduran, berdiri, dan lain-lain juga bisa.

      Hapus
  2. Yang mikir itu non pns, klo pns mah santai, pe siunannya ngalir terus.

    BalasHapus
  3. Klo menurut saya waktu yang paling tepat itu yang sebelum waktu pensiun udah punya investasi, karena klo udah masuk masa pensiun, jangankan kerja, mau belajar buka hape aja udah males otaknya kerja.

    BalasHapus
  4. Klo ga mau pusing biaya hidup waktu masa pensiun pindah ke kampung aja, soalnya biaya hidupnya rendah.

    BalasHapus
  5. Klo masa pensiun yang bikin susah itu sebenarnya bukan lagi finansoal, tapi anak-anak yang masih belum mandiri,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju nih, anak yang belum bisa mandiri apalagi belum menikah itu biasanya jadi beban pikiran terbesar bagi orang tua.

      Hapus
  6. Klo saya pribadi lebih milih reksadana sama asuransi buat pensiun, ketimbang saham soalnya terlalu berisiko, apalagi perputaran dana melalui saham waktunya sangat cepat, klo di reksadana, kita tinggal sampe 1 bulan aja masih bisa tenang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya investasi apa aja boleh klo menurut saya, yang penting tau cara mengendalikannya, kebanyakan yang jadi masalah itu adalah yang sekadar ikut-ikutan.

      Hapus

Hubungi admin melalui Wa : +62-896-2414-6106

Respon komentar 7 x 24 jam, mohon bersabar jika komentar tidak langsung dipublikasi atau mendapatkan balasan secara langsung.

Bantu admin meningkatkan kualitas blog dengan melaporkan berbagai permasalahan seperti typo, link bermasalah, dan lain sebagainya melalui kolom komentar.

- Ikatlah Ilmu dengan Memostingkannya -
- Big things start from small things -