Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Identifikasi Masalah Penelitian Tindakan Kelas

Cara yang paling mudah untuk mengidentifikasi masalah adalah dengan mendaftar atau mendata sejumlah masalah yang dihadapi atau dirasakan oleh peneliti dalam kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Tentu saja, akan sangat mudah untuk menemukan sejumlah masalah, yang sulit adalah mengatasi semua masalah yang telah berhasil ditemukan tersebut dalam waktu bersamaan atau dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, langkah awal setelah menemukan judul adalah mendaftar sekian banyak masalah yang telah ditemukan, kemudian menyaringnya, hingga menemukan masalah yang paling mendesak untuk diatasi dalam kegiatan penelitian.


Sebelum mempelajari materi tentang Identifikasi Masalah Penelitian Tindakan Kelas, terlebih dahulu pelajari materi tentang: Observasi Penelitian Tindakan Kelas dan Tahap Pelaksanaannya, Refleksi Penelitian Tindakan Kelas, dan Judul Penelitian Tindakan Kelas dan Tahapan Siklusnya.

Sebuah contoh, buatlah daftar dari 20 masalah yang sering dihadapi sehari-hari. Jumlah ini bukan ukuran baku, tetapi hanya untuk menggambarkan bahwa terdapat sekali banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, apalagi dalam dunia pendidikan. Kemudian, saringlah daftar permasalahan tersebut hingga menjadi setengahnya atau 10 masalah saja. Selanjutnya, saring lagi untuk yang kedua kalinya hingga menjadi setengahnya atau 5 masalah. Caranya, pilihlah maasalah yang sekiranya dapat diatasi oleh seorang guru yang profesional. Terakhir, pilih satu masalah saja yang paling krusial dan dapat diatasi.

Setelah masalah ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah menemukan akar atau penyebab munculnya masalah tersebut. Setelah ditemukan, peneliti harus mempunyai inisiatif atau ide cemerlang dalam bentuk hipotesis tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Ide atau inisiatif pemecahan masalah inilah yang kemudian akan diangkat menjadi judul penelitian.

Sekadar contoh, setelah mengidentifikasi sekian banyak masalah, dari 20 permasalahan yang ada ditemukan satu masalah yang paling signifikan, yaitu nilai matematika peserta didik kelas IX SMP X rendah. Tentu saja, jika hal ini terus dibiarkan maka dampaknya akan sangat buruk bagi para peserta didik, yaitu peserta didik akan kesulitan melanjutkan jenjang pendidikannya di bangku perguruan tinggi. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka masalah rendahnya nilai matematika inilah yang fokus dan perhatian paling penting, juga mendesak untuk segera dicarikan jalan keluarnya.

Baca Juga:

Setelah dilakukan identifikasi lebih lanjut, ternyata akar masalahnya adalah pola pembelajaran matematika yang terkesan tidak kooperatif. Bertitik tolak dari temuan akar masalah tersebut, guru lalu berinisiatif untuk mengatasi masalah tersebut dengan metode Cooperative Learning. Dengan kata lain, guru atau peneliti ingin meningkatkan aktivitas belajar matematika kelas IX SMP X dengan metode Cooperative Learning. Peneliti meyakini bahwa metode ini mampu meningkatkan aktivitas belajar matematika anak didiknya. Sebab, dalam Cooperative Learning terdapat sejumlah kiat belajar yang tidak memberatkan peserta didik, sehingga aktivitas belajar dapat ditingkatkan.

Jika telah sampai pada tahapan ini maka judul penelitian sudah bisa disusun. Draft sementaranya adalah "Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika dengan Metode Cooperative Learning" untuk peserta didik Kelas IX SMP X. Dari draft judul ini, dapat dilihat pula bahwa judul dalam PTK harus memuat sejumlah unsur, diantaranya adalah metode Cooperative Learning atau ide penelitian itu sendiri, kelas IX SMP yang merupakan tempat atau lokasi penelitian, dan sasaran berupa mata pelajaran matematika SMP. Untuk lebih jelasnya, simak contoh judul PTK pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Judul PTK
NoJudul Penelitian Tindakan Kelas
1Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Suhu pada Mata Pelajaran Fisika kelas X di SMA Yogyakarta.
2Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas VI SD Yogyakarta pada Mata Pelajaran IPS melalui Pemberian Contoh dan Mengaktifkan Siswa.
3Meningkatkan Aktivitas Belajar SD Kelas V melalui Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD pada Mata Pelajaran IPA.
4Peningkatan Kreativitas Siswa kelas VIII SMP Yogyakarta dalam Proses Belajar pada Mata Pelajaran Biologi melalui Penerapan Model Pembelajaran Generatif.
5Penerapan Pembelajaran Model Active Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah pada Mata Pelajaran Kimia di Kelas XII SMA Yogyakarta.


Identifikasi masalah tersebut masuk dalam Bab 1 atau bab Pendahuluan dari sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas. Secara umum, bagian pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, sasaran tindakan, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Dari judul "Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika dengan Metode Cooperative Learning untuk Peserta didik Kelas IX SMP" yang dijelaskan sebelumnya, maka berikut ini adalah uraian mengenai bagian-bagian tersebut.

Latar Belakang Masalah

Bagian ini berisi pemaparan atau deskripsi permasalahan yang sedang terjadi. Biasanya, para peneliti mengemukakan fakta yang seharusnya terjadi dengan fakta yang ada dilapangan, sehingga tampak jelas adanya kesenjangan atau permasalahan yang menuntut untuk segera diatasi. Tidak lupa, setiap permasalahan yang diangkat harus ditunjukkan bukti-bukti empirisnya. Misalnya, ditemukan masalah hasil belajar matematika kelas VI SD X rendah. Permasalahan ini dibuktikan secara detail, seperti beberapa nilai rata-rata matematika dikelas tersebut, berapa persen nilai matematika dibawah rata-rata, berapa persen yang diatasnya, dan lain sebagainya. Bukti empirisnya bisa dengan dokumen penilaian, rapor, atau lembar evaluasi lainnya.

Dalam bagian ini juga harus dikemukakan mengenai ide orisinal dari peneliti untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tentunya, ide tersebut haruslah didukung dengan argumentasi dan berlandaskan pada teori yang relevan atau kutipan dari beberapa artikel penelitian ilmiah sebelumnya. Walaupun bagian ini bukan wilayah kajian teori sebagaimana akan dibahas pada bagian BAB II, tetapi boleh saja menyinggung beberapa teori yang melandasi ide sang peneliti.

Satu hal yang perlu diingat adalah bagian ini harus langsung tertuju pada bagian yang berfokus pada permasalahan inti, sehingga tidak terkesan bertele-tele. Sekadar contoh, pada PTK yang berjudul "Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep pada Mata Pelajaran Fisika Kelas X di SMA Yogyakarta", penulisan latar belakang harus langsung menuju pada pokok persoalan yang akan dicari solusinya. Kesalahan umum yang sering terjadi pada tahapan ini adalah peneliti mengawalinya dengan pembahasan yang terlalu melebar, mulai dari UU Sisdiknas atau realitas pendidikan secara nasional. Hal ini tentu saja akan mengacaukan alur logika penelitian yang sedang berusaha untuk dibuat oleh peneliti itu sendiri.

Oleh karena itu, sebaiknya pada tahapan ini peneliti langsung saja masuk pada bagian deksripsi atau pemaparan persoalan yang ada, seperti kesulitan peserta didik dalam memahami konsep dan rumus-rumus dalam Fisika dan lain sebagainya. Kemudian, peneliti mengajukan ide untuk menggunakan alat peraga sebagai upaya untuk membuat peserta didik mampu memahami konsep tersebut dengan lebih mudah. Tidak lupa, peneliti juga mengemukakan alasan teoritis tentang bagaimana sebuah alat peraga dapat membantu peserta didik untuk lebih memahami konsep-konsep dalam pelajaran Fisika atau konsep lainnya.

Rumusan Masalah

Secara bahasa, rumus adalah ringkasan atau pernyataan. Rumusan masalah berarti ringkasan atau pernyataan mengenai masalah. Dalam konteks ini, yang dimaksud rumusan masalah adalah ringkasan dari sekian banyak masalah yang tertuang pada bab latar belakang masalah, sehingga menjadi suatu bentuk pernyataan yang tepat yang akan diselesaikan dalam kegiatan penelitian. Tetapi, pernyataan tersebut akan selalu berupa pertanyaan sehingga kompleksitas permasalahan dapat disederhanakan.

Dalam PTK, rumusan masalah harus mengandung ide peneliti yang akan digunakan untuk mengatasi masalah itu sendiri. Rumusan masalah tidak sekadar kalimat tanya yang sifatnya umum, tetapi telah dirumuskan secara spesifik. Berikut ini adalah beberapa contoh rumusan masalah dalam PTK.
  • Bagaimana persepsi dan kesan peserta didik terhadap penerapan metode Cooperative Learning pada mata pelajaran Fisika?
  • Bagaimana penggunaan alat peraga untuk meningkatkan konsep pada mata pelajaran Fisika dikelas X SMA Yogyakarta?
  • Bagaimana meningkatkan hasil belajar matematika dengan metode Cooperative Learning untuk peserta didik kelas VI SD Yogyakarta?
  • Bagaimana penerapan Active Learning untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada mata pelajaran kimia dikelas XII SMA Yogyakarta?

Tujuan Penelitian 

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka tujuan penelitian harus sejalan dengan jawaban atas pertanyaan dalam rumusan masalah. Dengan mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah menjawab rumusan masalah sebagai berikut:
  • Untuk mengumpulkan persepsi dan kesan peserta didik terhadap pelaksanaan pembelajaran Fisika dengan metode Cooperative Learning.
  • Untuk mendeskripsikan penggunaan alat peraga pada mata pelajaran Fisika dikelas X.
  • Untuk menerapkan metode Cooperative Learning dalam pembelajaran Matematika dikelas VI SD.
  • Untuk menerapkan metode Active Learning dalam pembelajaran Kimia dikelas XII SMA.

Manfaat Penelitian

Karena hakikat PTK adalah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik, maka hendaknya dalam mencantumkan manfaat penelitian lebih menitikberatkan pada apa yang akan diperoleh peserta didik setelah menggunakan hasil dari kegiatan penelitian ini. Sekadar contoh, manfaat temuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
  • Terkumpulnya persepsi dan kesan peserta didik terhadap pelaksanaan pembelajaran Fisika dengan metode Cooperative Learning.
  • Membuat atau menggunakan alat peraga dalam pembelajaran Fisika kelas X, sehingga hasil belajarnya meningkat.
  • Meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika peserta didik kelas VI SD dengan metode Cooperative Learning.
  • Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Kimia kelas XII dengan metode Active Learning.

Walaupun demikian, guru atau peneliti boleh menambahkan manfaat lain, baik bagi peneliti sendiri maupun sekolah sebagai institusinya. Tetapi, hendaknya tidak berlebihan dalam mencantumkan manfaat PTK bagi guru dan sekolah. Sebab, pada hakikatnya, manfaat PTK adalah untuk peserta didik bukan sekolah.

Referensi Tambahan:

Artikel ini didedikasikan kepada: Mia Arumsari, Muchamad Miftakhul Mukminin, Muhammad Yusuf, Nadya Bethry Balqies Tjikdaphia, dan Novita Ayuningtyas.

6 komentar untuk "Identifikasi Masalah Penelitian Tindakan Kelas"

  1. Bagaimana cara mengidentifikasi sebuah permasalahan dalam PTK?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ketahui berbagai bidang dimana Penelitian Tindakan dapat dilakukan.

      Hapus
    2. Identifikasi masalah umum disekolah atau dalam suatu lembaga pendidikan yang cocok untuk penelitian tindakan.

      Hapus
    3. Analisis masalah umum yang diidentifikasi sampai pada tahap permasalahan spesifik atau bisa diterapkan dalam Penelitian Tindakan.

      Hapus
  2. Teknik apa yang biasa digunakan dalam proses identifikasi masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Case Studies, Checklists, Wawancara, Pengamatan, dan Survei atau Kuesioner adalah instrumen yang digunakan untuk proses pengumpulan data. Sangat penting untuk menentukan intrumen pengumpulan data apa yang akan digunakan karena setiap tujuan penelitian yang berbeda dilakukan dengan cara yang menggunakan instrumen yang berbeda pula.

      Hapus

Hubungi admin melalui Wa : +62-896-2414-6106

Respon komentar 7 x 24 jam, mohon bersabar jika komentar tidak langsung dipublikasi atau mendapatkan balasan secara langsung.

Bantu admin meningkatkan kualitas blog dengan melaporkan berbagai permasalahan seperti typo, link bermasalah, dan lain sebagainya melalui kolom komentar.

- Ikatlah Ilmu dengan Memostingkannya -
- Big things start from small things -