Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prinsip Penelitian Tindakan Kelas dan Alur Logikanya

Dalam PTK, terdapat sejumlah prinsip atau pedoman yang harus dipenuhi. Hal ini dimaksudkan agar proses PTK dapat mencapai hasil yang maksimal. 

Sebelum mempelajari materi tentang Prinsip Penelitian Tindakan Kelas dan Alur Logikanya, terlebih dahulu pelajari materi tentang: Penelitian Berdasarkan Tingkat Eksplanasinya, Penelitian Pustaka dan Lapangan Beserta Pengertiannya, dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas dan Pengertiannya.

Prinsip-prinsip PTK tersebut juga harus sejalan dengan alur logika Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:

PTK dilakukan dalam lingkungan pembelajaran yang alamiah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) harus dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang alamiah. Artinya, kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) harus dilakukan tanpa adanya perubahan pada situasi dan jadwal belajar para peserta didik. Dengan kata lain, PTK tidak perlu dilakukan dalam situasi yang khusus, apalagi sampai mengubah kebiasaan pembelajaran yang normal. Mengapa demikian? Karena, dengan mengubah situasi pembelajaran demi kepentingan PTK, justru bertentangan dengan tujuan PTK itu sendiri, yakni memperbaiki proses pembelajaran. Jika ketika dilakukan PTK proses pembelajarannya diubah sedemikian rupa, kemudian setelah itu kembali seperti semula, maka sebaik apa pun hasil PTK tidak akan bisa diterapkan di kelas. Perubahan pola pembelajaran tidak mungkin dilakukan secara terus-menerus. Oleh karena itu, PTK harus dilakukan dalam konteks pembelajaran yang alamiah (sebagaimana aslinya) tanpa ada perubahan pola dari pembelajaran.

Inilah sebabnya, mengapa PTK harus dilakukan oleh seorang guru, karena hanya gurulah yang kegiatan pembelajarannya bersentuhan langsung dengan kelas dalam jangka waktu yang cukup lama, bukan yang lain, bahkan seorang kepala sekolah sekalipun. Mungkin, kepala sekolah juga sesekali bersentuhan langsung dengan kelas, tetapi hal tersebut frekuensinya sangat terbatas. Oleh karena itu, bagi kepala sekolah yang ingin melakukan PTK sebaiknya penelitian itu diubah menjadi Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), bukan lagi PTK. Perbedaannya, jika PTK dilakukan oleh guru demi pengadakan perbaikan pembelajaran dikelasnya, maka PTS dilakukan oleh kepala sekolah terhadap segala hal yang berkaitan dengan sekolah yang dipimpinnya.

Adanya inisiatif dari guru untuk memperbaiki proses pembelajaran

Guru harus peka terhadap persoalan-persoalan yang muncul dalam proses pembelajaran. Bahkan, guru dituntut untuk lebih peka terhadap prestasi belajar peserta didiknya. Kepekaan dan sensitivitas inilah yang akan mendorong naluri guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. PTK merupakan salah satu jalan bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut. Dengan demikian, sesungguhnya PTK itu bukan paksaan yang menambah pekerjaan guru, melainkan justru berangkat dari keingingan sang guru yang tulus dan ikhlas sebagai panggilan jiwa. 

Hal serupa juga bisa muncul ketika guru berkenaan melakukan refleksi diri atau evaluasi terhadap munculnya berbagai persoalan di kelas yang diampunya. Jika guru mau bersikap jujur dan objektif, maka ia akan berasumsi bahwa berbagai persoalan yang muncul bisa disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal bisa berupa kurangnya fasilitas, sarana prasarana, keluarga, ekonomi, atau faktor lain. Sedangkan faktor internal bisa datang dari peserta didik atau guru itu sendiri.

Ketiga guru merasa dirinya memiliki andil atas munculnya berbagai persoalan yang muncul di kelas, maka secara naluriah guru akan melakukan PTK dengan sebaik-baiknya. Jadi, PTK bukanlah merupakan paksaan dari pemerintah sebagai syarat kenaikan pangkat, tetapi lebih didasari atas kesadaran diri yang dalam akan kekurangan dalam dirinya dan perasaan tanggung jawab untuk memperbaikinya.

Baca Juga:

Atas dasar ini, guru hendaknya mempunyai sensitifitas dan kepekaan yang tinggi terhadap proses pembelajaran di kelas. Jangan sampai guru bersikap masa bodoh terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik, padahal dirinya merupakan bagian dari persoalan tersebut. Jika ada guru yang merasa bahwa dalam proses belajar mengajar tidak ada yang perlu diperbaiki lagi, maka guru tersebut seharusnya menjadi bagian yang harus diperbaiki terlebih dahulu. 

Berangkat dari kesadaran akan segala kekurangan tersebut, guru harus mempunyai inisiatif untuk memperbaiki keadaan. Kemudian, inisiatif tersebut hendaknya diuji coba secara terus menerus, sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Jika inisiatif yang satu gagal diuji coba, maka guru harus mempunyai inisiatif lain sebelum kemudian mengujicobakannya berulang kali. Demikian seterusnya, sehingga guru terus menerus melakukan perbaikan melalui PTK.

Menggunakan analisis SWOT sebagai dasar tindakan

Menurut Arikunto (2006), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yaitu strength (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunity (kesempatan), dan threat (ancaman). Keempat unsur tersebut hendaknya digunakan dalam analisis terhadap guru yang melakukan tindakan maupun peserta didik yang dikenai tindakan. Dengan demikian, PTK hanya bisa berjalan jika terdapat kesesuaian antara guru dan peserta didik. Artinya, inisiatif guru untuk memperbaiki pembelajaran tidak akan berjalan secara baik jika peserta didik tidak mampu mempraktikkannya. Sebaliknya, inisiatif guru harus berangkat dari kemampuan peserta didik yang dihadapinya. Untuk menemukan inisiatif yang siap diuji coba inilah guru harus menggunakan analisis SWOT sebagai pijakan berpikir.

Sebelum mengidentifikasi yang lain, guru harus mengidentifikasi dirinya sendiri, khususnya dari sudut pandang dua unsur, yakni strength (kekuatandan weaknesses (kelemahan). Setelah itu, identifikasi dari sudut pandang yang sama juga harus dilakukan kepada anak didik. Sedangkan dua unsur yang lain yaitu opportunity (kesempatandan threat (ancaman), digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang tidak ada dalam diri guru dan peserta didik. Artinya, sebelum guru melakukan tindakan atau uji coba, dia harus mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang dapat dimanfaatkan dan menghindari ancaman yang dapat mengganggu jalannya perbaikan atau uji coba dalam penelitian. Hal ini berkaitan dengan prinsip pertama, yakni PTK harus berjalan secara alamiah dan tidak boleh menimbulkan resiko yang tidak diinginkan. 

Adanya upaya yang nyata atau konkret

Tindakan secara konkret sebagai manifestasi inisiatif dan analisis SWOT tersebut akan menyatu ke dalam sistem pembelajaran yang lebih baik. Tentunya, sebuah inisiatif baru yang diaktualisasikan dalam proses pembelajaran perlu mendapat bantuan dari berbagai unsur yang dilibatkan secara sistematis, mulai dari sarana dan prasarana pendukung, mengubah jadwal pelajaran, gaya mengajar yang berbeda, dan unsur-unsur terkait lainnya.

Ini untuk memperbaiki pembelajaran yang didasarkan pada analisis SWOT, sebagaimana disebutkan sebelumnya, harus berupa 'tindakan' secara konkret, tidak cukup dengan sekadar harapan apalagi angan-angan. Tindakan tersebut harus benar-benar konkret dan dapat ditetapkan. Inilah salah satu ciri khas PTK, yakni adanya 'tindakan' secara praktis dan konkret.

Merencanakan dengan SMART

Masih mengutip Suharsimi Arikunto (2006), bahwa dalam PTK harus direncanakan dengan SMART. Tetapi yang dimaksud dengan SMART disini bukanlah 'cerdas' sebagaimana arti harfiah dari kata tersebut dalam bahasa Inggris. SMART yang dimaksudkan Suharsimi Arikunto adalah akronim yang masing-masing huruf itu sendiri yang memiliki makna:
  • S : Spesific, khususnya, tidak terlalu umum atau luas. Misalnya, melakukan penelitian untuk pelajaran bahasa Indonesia, tetapi hanya satu aspek saja, seperti bicara, menulis, atau mendengar. Dengan demikian, hasilnya jelas karena spesifik.
  • M : Manageabledapat dikelola dan dilaksanakan. Artinya, lokasi mudah dijangkau, data dapat dikumpulkan dengan mudah, hasilnya dapat dikoreksi, dan tidak menyulitkan dalam proses penelitiannya. 
  • A : Acceptable, dapat diterima lingkungan atau achievable (dapat dijangkau, dicapai). Artinya, mudah dilakukan, tidak berbelit dan hal-hal lain yang membuat peserta didik kesulitan atas tindakan yang dilakukan guru dalam penelitian.
  • R : Realistic, operasional, tidak diluar jangkauan. Artinya, tidak menyimpang dari tujuan, serta hasilnya bermanfaat baik bagi guru maupun peserta didik. 
  • T : Time-Bound, diikat oleh waktu atau terencana. Ada schedule (jadwal) dan target yang jelas kapan dilaksanakan, kapan dapat diselesaikan, dan kapan dapat dilihat hasilnya. Misalnya, kegiatan PTK tertentu akan dilaksanakan selama tiga bulan, empat bulan, lima bulan, dan seterusnya. Sehingga, jika kegiatan PTK akan mengalami waktu perpanjangan, maka tetap dapat diketahui kapan waktu akhir dari kegiatan tersebut. 

Dari kelima unsur SMART yang dijelaskan sebelumnya, terdapat satu unsur yang mempunyai keterkaitan langsung antara peneliti (guru) dengan subjek yang diteliti atau yang akan dikenai tindakan (peserta didik). Unsur tersebut adalah acceptable (dapat diterima lingkungan) atau achievable (dapat dijangkau atau dapat dicapai).

Berdasarkan prinsip SMART, khususnya acceptable, maka sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, guru harus mengomunikasikannya dengan peserta didik. apa inisiatif guru, apa yang akan dilakukan, dan apa perangkat yang akan digunakan. Hal ini dimaksudkan untuk mencari kesepakatan apakah peserta didik mampu melakukan inisiatif guru atau tidak. Kesepakan ini akan menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri peserta didik untuk sepenuhnya melakukan apa yang akan dilakukan guru dalam penelitian. 

Dengan demikian, tidak akan ada tindakan sewenang-wenang dari guru terhadap peserta didiknya, meskipun tujuannya adalah baik, yakni ingin memperbaiki hasil belajar peserta didik. Kemampuan peserta didik juga harus dipertimbangkan, apakah penelitian tindakan yang akan dilakukan memberatkan peserta didik atau tidak. Walaupun demikian, harus diwaspadai kemungkinan adanya rekayasa diantara guru dan peserta didik. Artinya, tidak boleh ada kesepakatan sebelumnya antara guru dan peserta didik untuk merekayasa agar penelitian berhasil dengan baik. 

Penelitian Tindakan Kelas harus berlangsung secara alamiah. 

Untuk menghindari kecurangan dalam kegiatan PTK, berikut beberapa kaidah yang dapat digunakan untuk mencari kesepakatan antara guru dan peserta didik dalam PTK. Sekali lagi, kesepakatan yang dimaksud adalah kesepakatan yang tanpa paksaan dan tidak memberatkan salah satu pihak.

Inisiatif harus kreatif dan tindakan harus cemerlang

Peneliti (guru) harus menunjukkan kepada peserta didik bahwa ia mempunyai inisiatif yang benar-benar kreatif untuk dituangkan dalam pola pembelajaran melalui sejumlah tindakan. Selanjutnya, guru harus meyakinkan peserta didik bahwa inisiatif dan tindakan tersebut benar-benar dapat meningkatkan proses belajar aktif peserta didik, sehingga hasilnya dapat ditingkatkan.

Jika langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya dipandang terlalu memberatkan guru, maka peneliti (guru) minimal harus mengupayakan adanya inisiatif dan tindakan yang beru dan berbeda dengan tindakan-tindakan dalam pembelajaran sebelumnya. Sebab, jika masih sama, maka hasilnya sudah bisa ditebak sebelumnya, yakni sama saja.

Misalnya, jika pada penyelesaian pekerjaan rumah (PR) tahap evaluasinya hanya dilakukan dengan saling tukar PR antar peserta didik, maka dalam PTK pengerjaannya dilakukan dengan pembahasan bersama para peserta didik dengan cara guru menawarkan kepada peserta didik yang bersedia dan bisa mengerjakan soal tersebut, kemudian memintanya untuk mengerjakan soal dipapan tulis. Jika tidak ada yang bersedia, maka guru boleh menunjuk secara acak salah satu peserta didiknya untuk mengerjakannya di depan. Dalam konteks ini, guru harus membantu peserta didik ketika peserta didik sedang mengerjakan soal di depan kelas, sehingga tidak terkesan hal ini sebagai sebuah hukuman. Inisiatif dan tindakan adalah sesuatu yang jauh lebih baik daripada guru yang mengerjakan sendiri dan peserta didik memeriksa hasil pekerjaan temannya. Sebab, peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran dan intensitas belajarnya pun meningkat. Guru juga bisa memikirkan inisiatif-inisiatif lain yang dapat dituangkan dalam bentuk tindakan pada pola-pola pembelajaran lainnya.

Oleh karena itu, idealnya adalah, guru harus mempunyai inisiatif dan kreatifitas untuk bisa mengatasi permasalahan yang muncul di kelas, kemudian mengambil tindakan cemerlang yang dituangkan dalam pola-pola pembelajaran. Jika hal ini dapat dibuktikan kepada semua peserta didik, maka bisa dipastikan peserta didik akan menyepakati apa pun yang akan dilakukan guru. Kesepakatan ini akan mendorong munculnya rasa tanggung jawa dalam diri peserta didik, sehingga sukses atau tidaknya penelitian menjadi tanggung jawab bersama, tanpa ada rekayasa didalamnya.

Terpusat Pada Proses

Tekanan utama dalam PTK adalah tindakan yang didasari inisiatif kreatif melalui metode SWOT, sebagaimana dijelaskan sebelumny. Artinya, tekanan utama dalam PTK adalah proses (tindakan), bukan hasil dari tindakan itu sendiri. Sebab, jika prosesnya baik, maka hasilnya kemungkinan akan baik juga. Dengan demikian, hal yang perlu diperhatikan bukanlah dari hasil yang baik (pada penelitian), melainkan pada tahapan prosesnya apakah berjalan dengan baik atau tidak. Dan bagaimanakan proses penelitian yang baik itu? proses atau tindakan yang baik adalah dengan mencermati keseluruhan tindakan yang tertuang dalam metode mengajar, apakah telah sesuai dengan kemampuan anak atau belum, lancar atau tidak, memberatkan atau tidak, memotivasi belajar atau tidak, apa hambatan yang muncul, dan aspek-aspek lain yang muncul berkaitan dengan proses pembelajaran.

Bagaimana cara peneliti atau guru dapat mengetahui bahwa suatu tindakan (proses), yang dilakukan itu telah berhasil? Guru harus membuat format pengamatan yang terdiri dari butir-butir evaluasi yang sangat rinci. Pengamatan ini akan lebih objektif jika yang melakukan adalah para kolaborator. Jika hal ini tidak memungkinkan, bisa meminta tolong guru sejawat atau bahkan seorang peserta didiknya yang telah dilatih terlebih dahulu sebelumnya.

Alur Logika Penelitian Tindakan Kelas

Alur adalah urutan, sedangkan logika adalah berpikir. Jadi, yang dimaksud dengan alur logika PTK adalah urutan berpikir dari awal hingga akhir dari sebuah penelitian yang dilakukan dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas.

Untuk memulai sebuah PTK, perlu didahului dengan identifikasi masalah. Identifikasi masalah ini berisikan berbagai permasalah yang dipandang tidak sesuai oleh guru, kurang cocok, kurang memuaskan, dan lain sebagainya. Namun demikian, semua deskripsi mengenai berbagai hal tersebut harus ditunjukkan buktinya secara konkret, misalnya masih rendahnya prestasi peserta didik. Pernyataan ini harus didukung oleh data dari nilai-nilai ujian peserta didik. Contoh lain, temuan identifikasi masalah yang menyatakan bahwa peserta didik kurang termotivasi belajar. Hal ini juga harus dibuktikan dengan data-data lapangan, seperti banyaknya anak yang datang terlambat, mengantuk ketika pelajaran, tidak pernah mengerjakan tugas, dan lain sebagainya.

Bahkan, jika memungkinkan, harus dirinci lagi setiap bukti yang ditampilkan. Misal, banyaknya peserta didik yang terlambat sekian persen, lama peserta didik terlambat sekian menit, jarak dari rumah kesekolah, apa alasannya terlambat, dan sebagainya. Inilah yang disebut dengan identifikasi masalah. Jadi, dalam identifikasi masalah dalam PTK, terdapat dua hal yaitu masalah dan penyebab masalah. Biasanya, permasalahan dituangkan dalam rumusan masalah penelitian, sedangkan penyebab masalah dituangkan dalam latar belakang.

Jika kedua hal ini telah ditemukan (masalah dan penyebabnya), maka pertanyaan kedua adalah tindakan apa yang harus dilakukan oleh guru untuk mengatasi masalah tersebut? Sebelum pertanyaan ini dijawab, harus diingat bahwa tindakan guru disini harus benar-benar merupakan tindakan yang sesuai dengan kapasitas profesionalnya sebagai seorang guru. Jadi, jangan mengambil tindakan yang bukan bagian dari kapasitas guru. Untuk lebih jelasnya, coba simak contoh kasus berikut ini.

Masalah :

Peserta didik tidak pernah mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah (PR). Guru harus mampu memaparkan dan menjelaskan bukti-buktinya. Apa saja tugas yang tidak dikerjakan, kapan peserta didik tidak mengerjakan tugas, berapa banyak tugas yang tidak dikerjakan, dan lain sebagainya.

Latar belakang atau penyebabnya (kemungkinan):
  • Tugas yang diberikan terlalu monoton dan tidak pernah dibahas bersama secara tuntas.
  • Tugas terlalu sulit bagi peserta didik.
  • Peserta didik terlalu banyak menonton acara televisi sehingga mengabaikan tugas belajar.
  • Peserta didik terlalu banyak bermain sehingga ia tidak punya waktu untuk mengerjakan tugas sekolah.

Tindakan apakah yang paling relevan dilakukan oleh guru atas permasalah sebelumnya? Dalam hal ini, guru harus mencari solusi yang berkaitan dengan permasalahan itu sendiri, bukan malah berkutat pada latar belakang atau penyebab munculnya masalah. Hal ini karena sering kali faktor-faktor penyebab itu tidak dapat dijangkau oleh guru. Sekadar contoh, dua penyebab pertama munculnya permasalahan sebagaimana disebutkan diatas dapat diatasi oleh guru, misalnya dengan membuat tugas rumah yang lebih kreatif, kemudian membahasnya secara tuntas secara bersama-sama. Hal ini agar peserta didik tidak bosan dan lebih memahami materi. Disamping itu, guru hendaknya juga dapat mengukur seberapa tinggi kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran, sehingga tugas-tugas yang diberikan tidak terlalu memberatkan.

Hal ini berbeda dengan dua penyebab yang terakhir. Mengapa bisa demikian? Perhatikan penejasan berikut. Penyebab ketiga, yakni peserta didik terlalu banyak menonton acara televisi, sehingga ia mengabaikan tugas belajar. Guru tidak dapat mengatasi masalah ini karena ia tidak mungkin datang ke rumah peserta didik setiap hari hanya untuk mengingatkan dan mengawasi peserta didik agar tidak menonton televisi terlalu lama. Guru hanya bisa menghimbau para orang tua untuk mengawasi anak-anaknya agar tidak terlalu banyak menonton televisi.

Sementara untuk penyebab nomor empat, yakni peserta didik terlalu banyak bermain sehingga kehabisan waktu untuk mengerjakan tugas sekolah. Permasalahan ini juga tidak dapat diatasi oleh guru sepenuhnya, sebab tidak mungkin guru mengontrol jam bermain peserta didiknya di luar jam sekolah. Guru hanya bisa menghimbau pada para orang tua untuk mengawasi dan membatasi agar para peserta didik tidak terlalu banyak bermain.

Namun demikian, guru harus tetap berupaya mencari cara untuk mengatasi persoalan ini. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, beberapa hal yang masih dapat dilakukan guru, misalnya, adalah dengan memodifikasi tugas belajar yang biasa menjadi lebih menarik dan menantang. Guru harus kreatif sehingga peserta didik terpacu untuk mengerjakan pekerjaan rumah, ketimbang menonton televisi atau bermain. Disamping itu, guru juga harus membahas setiap tugas bersama-sama di kelas. Upayakan untuk melakukan pembahasan tugas dengan metode pengerjaan tugas yang unik, yang memudahkan sehingga peserta didik lebih senang dan termotivasi untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan.

Guru boleh saja, bahkan wajib, menghimbau para orang tua peserta didik agar membatasi jam menonton televisi dan jam bermain anak-anaknya. Namun, imbauan utama seharusnya ditujukan kepada diri para peserta didik sendiri. Pikirkan cara-cara yang unik dan kreatif, lebih bagus lagi bila tidak terkesan menggurui, agar peserta didik memiliki kesadaran diri tentang tanggung jawab dan kewajibannya. Bersama-sama dengan pengawasan dari orang tua dan imbauan dari guru, peserta didik harus mampu menyadari pentingnya memanfaatkan waktu untuk belajar.

Contoh kesalahan lain yang sering dilakukan oleh guru adalah, ketika guru menemukan masalah berupa rendahnya prestasi belajar peserta didik. Ia lalu menemukan bahwa penyebabnya adalah ketiadaan buku ajar yang memadai, sarana prasarana kelas yang serba terbatas, dan kemampuan pemahaman materi para peserta didik yang cenderung rendah. Kemudian, guru mengambil tindakan dengan mengusulkan pengadaan buku ajar dan peningkatan fasilitas belajar kepada kepala sekolah. Tindakan seperti ini jelas bukan 'tindakan' yang dikehendaki dalam penelitian tindakan kelas.

Tindakan seperti ini adalah solusi yang walaupun praktis namun tidak mendidik. Guru seharusnya mampu berpikir kreatif untuk tetap membuat para siwa dan siswinya tetap dapat berprestasi walaupun dalam keadaan yang serba terbatas. Telah banyak contoh kasus yang menunjukkan betapa keterbatasan bukan merupakan penyebab utama kegagalan belajar para peserta didik.

Salah satu contoh lain, sering kali guru sudah merasa bertindak padahal sebenarnya ia belum melakukan apapun. Contonya, seorang guru mengidentifikasi bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dan prestasi belajar peserta didik. Kemudian, guru tersebut melakukan PTK dengan mengambil tema utama "Korelasi antara Motivasi dan Prestasi Belajar". Pada contoh ini, mungkin guru telah merasa 'bertindak' karena ia telah menyusun angket motivasi dan mengecek daftar nilai atau prestasi peserta didik.

Kemudian, angket itu disebarkan kepada para peserta didik sehingga diperoleh data untuk kemudian diolah dengan menggunakan statistik. Dari situ akan didapat kumpulan informasi yang berupa indeks korelasi. Pada titik ini, guru lalu merasa puas karena ia menganggap penelitiannya itu telah berhasil. Ia tidak menyadari kalau penelitiannya itu belum memberikan manfaat yang berarti bagi peningkatan prestasi belajar peserta didik. Padahal, tujuan utama dari dilakukannya PTK adalah untuk memperbaiki metode dan proses pembelajaran. Jika demikian keadaannya, PTK model seperti ini sesungguhnya bukanlah PTK yang sesungguhnya, sebab tidak ada kebermanfaatan atau solusi yang muncul dari hasil penelitiannya.

Bagaimana cara melakukan PTK dengan baik dan benar? Hal pertama yang harus dilakukan adalah guru harus menaati alur PTK yang baik dan benar. Secara sistematis, Arikunto (2006) telah membuat skema alur PTK yang baik dan benar sebagai berikut (gambar 1).

Gambar 1 Alur Logika Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 1 Alur Logika Penelitian Tindakan Kelas

18 komentar untuk "Prinsip Penelitian Tindakan Kelas dan Alur Logikanya"

  1. Balasan
    1. Arikunto, Suharsimi, et al. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

      Hapus
  2. PTK adalah proses dimana solusi tidak diberikan oleh suatu lembaga semata tetapi dibuat bersama dari awal dengan melibatkan berbagai aspek lingkungan didalamnya. Dengan sarana, prasarana, sumber daya manusia, dan aset lain yang terlibat didalamnya.

    Melalui PTK, lembaga pemangku kepentingan seperti dinas pendidikan, tidak lagi perlu 'mendorong' ide pada 'kelompok sasaran' seperti para guru dalam dalam menciptakan ide ataupun inovasi dalam dunia pendidikan. Melainkan secara bersama-sama antara keduanya untuk terlibat dalam proses penciptaan solusi atas suatu permasalahan yang sama. Dan tentunya dengan kerja sama tersebut juga membentuk keselarasan lain terhadap lingkungan sosial budaya lokal.

    BalasHapus
  3. Dalam melaksanakan PTK, guru tidak hanya melakukan pengumpulan data seperti dalam penelitian ilmiah tradisional, guru atau peneliti juga dituntut untuk memfasilitasi proses dimana solusi yang diusulkan dari lingkungan penelitian diterapkan dalam kehidapan sehari-hari. Dalam penelitian biasa, konsep dan teori sering diumpamakan seperti 'menara gading' yang bekerja dari belakang meja, oleh seorang ilmuan profesional.

    Dalam kerja sama pengembangan praktis, seseorang biasanya memulai suatu tindakan yang diawali dari hasrat dalam diri mereka sendiri untuk membantu orang lain, sementara orang tersebut tidak memiliki pengetahuan ilmiah dan keterampilan apapun yang dibuthkan untuk dapat melaksanakan tindakan tersebut.

    PTK menggabungkan kedua hal tersebut. Melalui kegiatan penelitian tindakan, dilakukan perbesaran perspektif yang berbeda tentang suatu pokok permasalahan. Kemudian dari penciptaan suatu solusi bersama, dengan melibatkan berbagai aspek kepentingan, kemudian penelitipun mulai mempraktikkan hasil temuannya tersebut dilingkungan sekitar.

    BalasHapus
  4. Seringkali terjadi ide yang dimiliki oleh seorang guru tidak selaras dengan kepentingan kepala sekolah, atau kebijakan lain diatasnya. Akibatnya, sering kita jumpai didalam dunia pendidikan terjadi upaya pemaksaan antara para pemangku kepentingan terhadap para guru. Pada praktiknya, memang diakui bahwa tidak semua orang pasti memiliki tujuan yang sama terhadap suatu perspektif. Untuk itu guna tercapainya hasil penelitian (PTK) yang maksimal, maka perlu dibuka suatu dialog oleh peneliti yang akan melaksanakan penelitian terhadap berbagai pihak yang akan terlibat baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam kegiatan penelitian tersebut. Melalui dialog para pihak-pihak yang terkait tersebut akan membuat suatu upaya terbuka dalam penemuan solusi yang sesuai dengan tujuan atau kepentingan bersama. Sehingga tidak perlu adanya suatu tindakan paksaan ataupun pertentangan pada saat dilaksanakannya kegiatan tersebut.

    BalasHapus
  5. PTK merupakan proses dimana perspektif dan solusi diajukan (biasanya) oleh pemangku kepentingan yang berbeda, dianalisis oleh peneliti, dan dibagikan kepada masyarakat dalam lingkungan pendidikan, denga cara pengumpulan dan refleksi data yang sifatnya bersiklus. Dengan demikian anggota komunitas yang terlibat didalamnya dapat memahami perspektif tersebut, baik dari segi keyakinan fundamental mereka, atapun dari segi norma dan nilai yang diyakini. Hal ini akan menghasilkan pemahaman yang sama tentang perilaku satu sama lain, terlepas apakah mereka setuju ataupun juga tidak.

    Menyatukan berbagai jenis pengetahuan dari berbagai teori ilmiah, dan pengalaman para ahli yang secara perlahan menciptakan suatu pemahaman baru yang kaya akan konteks yang lebih luas dimana suatu permalahan didunia pendidikan tertanam, dan bagaimana solusi malasah dan solusi lain yang berbeda saling terkait satu sama lainnya dengan menciptakan pola pemikiran yang lebih terbuka dan kooperatif untuk mengatasi kendala atau permasalahan tersebut.

    BalasHapus
  6. Saat mengerjakan suatu permasalahan yang kompleks, kita cenderung berfokus pada permasalahan itu semata. Menurut toeri konstruksionisme sosial, "fokus pada masalah menciptakan lebih banyak masalah". PTK memiliki fokus yang kuat pada aset komunitas: hal-hal yang berjalan baik dalam dunia pendidikan, hal-hal yang dibanggakan oleh orang-orang dalam lingkungan pendidikan, bakat individu, tenaga kerja baik guru atau staf tenaga lainnya, dan masih banyak lagi. Dengan menyadari dan bangga akan hal tersebut, kita bisa membuka semua potensi yang selama ini sering tidak disadari oleh orang-orang dalam lingkungan tersebut.

    BalasHapus
  7. Karena kontribusi untuk membangun solusi atas masalah yang terdapat dalam lingkungan pendidikan, maka seluruh aspek yang terlibat dalam kegiatan penelitian PTK akan merasa lebih memiliki inisiatif yang dibuat bersama. Mereka memberikan wawasan berdasarkan pengetahun dan perspektif dari masing-masing individu, serta solusi yang dirasa layak dalam konteks sosial budaya sekitar. Solusi yang dihasilkan pun biasanya bersifat konkret, jadi akan lebih mudah untuk diterapkan pada lingkungan pendidikan.

    BalasHapus
  8. Terkadang, beberapa orang yang memang pertama kali melakukan PTK memang sulit dalam memahami permasalahan yang ada dilingkungan sekitarnya, kebanyakan dari orang-orang yang mau melakukan suatu penelitian lebih berfokus pada hasil apa yang harus mereka capai, padahal solusi dalam PTK bisa jadi tidak selalu selaras dengan hasil observasi awal yang direncanakan,

    BalasHapus
  9. Sikap seperti apa yang perlu dikembangkan oleh seorang guru supaya bisa memahami permasalah yang adalah dilingkungan sekolah dengan lebih peka?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak bertanya dengan teman sesama guru. Tanyakan apapun yang kita ketahui terkait tentang sistem pengajaran yang kita lakukan? Topik apa yang diminati antara kita dan guru lainnya? Apakah terdapat masalah yang terjadi pada area pembahasan tersebut baik dari aspek pengajaran/pembelajaran yang tidak kita sendiri tidak terlalu yakin.

      Buat list dari berbagai permasalahan yang telah dikumpulkan tersebut. Dari berbagai daftar list yang sudah dicatat mulailah melakukan pengelompokkan dan tentukan kenapa hal tersebut layak diangkat sebagai masalah penelitian. Lakukan diskusi setelah menentukan satu atau dua bentuk permasalahan serta alasan kenapa melakukannya. Apa manfaat jika telah menyelesaikan permasalahan tersebut baik bagi peserta didik ataupun guru?

      Setelah yakin dengan permasalah yang akan ditentukan, buatlah beberapa pertanyaan terkait permasalahan tersebut, guna memandu kita dalam tahapan selanjutnya yang akan dilakukan.

      Hapus
    2. Lakukan perenungan jika menemukan sebuah topik masalah. Mulai dari mana kita bisa melakukan pencarian informasi untuk membantu dalam kegiatan perencanaan penelitian? Apakah perlu mencarinya melalui internet atau sumber informasi lainnya? Cari topik ataupun informasi terkait masalah yang dapat membantu dalam perencanaan dan bagaimana melakukan kegiatan PTK tersebut.

      Hapus
    3. Lakukan perencanaan:
      Berapa lama sih PTK tersebut akan dilakukan?

      Bagaimana sih cara pendokumentasian selama kegaitan tersebut?

      Hapus
    4. Gunakan berbagai metode seperti:

      1. Peer Observation
      2. Teacher diary
      3. Pembelajaran Umpan Balik
      4. Evaluasi Pembelajaran
      5. Kegiatan perekaman
      6. Refleksi pembelajaran
      7. Metode survei

      Pilih metode yang paling tepat untuk digunakan pada kegaitan PTK.

      Hapus
    5. Lakukan kegiatan Riset bersama, baik itu dengan sesama guru ataupun dengan rekan peneliti yang lain. Hal ini bermanfaat karena bisa memberikan kita lebih banyak data untuk jadi bahan perenungan, perbandingan, dan juga bahan diskusi.

      Hapus
    6. Lakukan analisis terhadap topik masalah,

      melalui berbagai jenis data yang telah dikumpulkan dalam kegaitan penelitian kemudian lakukan proses refleksi, pengorganisasian, dan peninjauan data yang telah dikumpulkan untuk membantu menjawab topik pertanyaan yang diteliti. Apa saja yang telah ditemukan selama kegiatan penelitian? Wawasan apa saja yang telah didapat? Serta hasil apa yang ditunjukkan oleh kegiatan penelitian tersebut?

      Hapus
    7. Jika melakukan PTK secara sendiri, coba bagikan hasil penelitian tersebut dengan beberapa teman anda. Kemudian lakukan perenungan bersama. Apakah kegiatan yang dilakukan dalam penelitian tersebut memang bisa membantu memberikan solusi atas permasalah nyata dalam dunia pendidikan atau tidak?

      Hapus
    8. Selalu lakukan review guna meninjau dampak dari perubahan yang telah dilakukan dalam kegiatan penelitian. Seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut? Apakah perlu dilakukan penelitian lanjutan lagi atau tidak? Serta apakah terdapat perbedaan hasil penelitian antara anda dan rekan anda dalam kegiatan penelitian tersebut?

      Hapus

Hubungi admin melalui Wa : +62-896-2414-6106

Respon komentar 7 x 24 jam, mohon bersabar jika komentar tidak langsung dipublikasi atau mendapatkan balasan secara langsung.

Bantu admin meningkatkan kualitas blog dengan melaporkan berbagai permasalahan seperti typo, link bermasalah, dan lain sebagainya melalui kolom komentar.

- Ikatlah Ilmu dengan Memostingkannya -
- Big things start from small things -